Our social:

Latest Post

Pendahuluan

Serang adalah kota di propinsi Banten, Serang merupakan Ibu kota propinsi Banten dengan pusat pemerintahaan berada di kecamatan Serang, Serang dahulu merupakan bagian dari propinsi jawa barat, yang selanjutnya memisahkan diri pada tahun 2000 menjadi Propinsi Banten dengan keputusan UU no. 23 tahun 2000, wilayahnya meliputi Serang, lebak, pandeglang, tangerang, cilegon, merak, anyer dsb.
Sebagian besar wilayah kabupaten Serang merupakan dataran rendah kecuali daerah Pandeglang yang terdapat pegunungan-pegunungan, salahsatunya adalah Gunung Karang..

Daftar SMU / SMK di Kota Serang

Berikut adalah Daftar SMU / SMK di Kota Serang yang berhasil saya kumpulkan:

1. SMUN 1 Serang, Jl. Ahmad Yani No. 39 Serang

2. SMUN 1 Cipocok, Jl.Raya Pandeglang KM. 1 Serang

3. SMUN 1 Ciruas, Jl. Raya Jakarta KM, 9,5 Serang Tlp. (0254) 280043

4. SMU Tirtayasa Serang, Jl. Raya Jakarta Km. Pakupatan

5. SMK Pasundan 1 Serang, Jl.Raya Jakarta Km.3 Pakupatan

6. SMK Pasundan 2 Serang, JL. LETNAN DJIDUN NO.1

7. SMK Prisma Serang, Jl Raya Jakarta Km.4 Pakupatan

8. SMK PGRI 1 SERANG JL.CIWARU RAYA NO. 55 SERANG Swasta

9. SMK PGRI 2 SERANG JL.KH. ABDUL FATAH HASAN Swasta

10.SMK PGRI 3 SERANG JL. RAYA SAYABULU JAUJON SERANG

11.SMK YP 17 SERANG JL. KH. AMIN JASUTA NO 26A

12.SMK YP FATAHILLAH 1 JL. GRIYA SERDANG INDAH NO 229

13.SMKN 1 CIKANDE JL.RAYA CIKANDE KM. 24

14.SMKN 1 SERANG JL. KH. A. FATAH HASAN NO. 88

15.SMKN 1 WALANTAKA JL. CIRUAS - WALANTAKA KM 03

16.SMKN 2 SERANG JL. KH. ABDUL FATAH HASAN

17.SMK HASANUDIN 1 SERANG JL. CIWARU NO. 25

18.SMK HASANUDIN 2 SERANG JL. CIWARU RAYA NO. 26

19.SMK INFORMATIKA SERANG JL. KH AMIN JASUTA NO. 15 B


Untuk info lebih lengkap click
diknas.go.id

Sejarah

AWAL BERDIRINYA KESULTANAN BANTEN

1. KEADAAN BANTEN SAMPAI AWAL ABAD KE 16

Pada jaman plestosin yang berlangsung antara 3000000-10000 SM, pulau jawa, sumatra dan kalimantan menjadi satu dataran dengan Asia. Ini terjadi karna adanya pembekuan air laut dan pengangkatan daratan. Masa inilah yang diduga sebagai masa penyebaran penduduk di Indonesia.

Baru setelah adanya perubahan iklim yang diikuti dengan pencairan es, pulau –pulau tersebut menjadi terpisah . Selat Sunda yang dulunya berupa sungai besar , berubah menjadi selat. Dengan diketemukannya singkapan endapan tanah plestosin di Banten , maka diyakini bahwa daerah tersebut muncul satu masa dengan munculnya benua Asia (Sartono ,1975a:33).

Sejak zaman batu muda daerah Banten sudah ditempati oleh manusia. Hal ini dapat dilihat setelah ditemukannya berbagai bentuk perhiasan yang terbuat dari batu halus .Gelang, cincin, anting –anting dan sebagainya yang terbuat dari batu chalcedon ditemukan di pantai Tanara , Serang, Pandeglang dan Jasinga (Halwany,1981:23)

Demikian juga sisa kebudayaan megalitik tua (4500-2500 SM) seperti menhir di lereng Gunung Karang Pandeglang , dolmen dan patung-patung simbolis dari desa Sanghiyang Dengdek Menes , kubur tempayan di Anyer, kapak batu di Cigeulis ,batu bergores di Ciderasi desa Palanyar Cimanuk, dan sebagainya (Sukendar,1976:1-6).

Penggunaan alat-alat kebutuhan dari perunggu yang dikenal dengan kebudayaan Dong Son (500-300 SM) juga mempengaruhi penduduk Banten .Hal ini terlihat dengan ditemukannya beberapa kapak corong terbuat dari perunggu di daerah Pamarayan, Kopo, Pandeglang, Cikupa, Cipari dan Babakan Tangerang.


2. MASUKNYA ISLAM KE BANTEN

Islam adalah agama yang mula-mula tumbuh di jazirah Arab, tepatnya di kota mekkah. Disampaikan oleh seorang rosul yang bernama muhamad yang lahir pada tahun 570 M.

Semula agama ini hanya dipeluk oleh sekelompok kecil saja bahkan karena tekanan –tekanan dari pembesar negri, Muhamad dan pengikutnya pada tahun 622M hijrah (pindah) ke Madinah . Tapi tidak lama kemudian yakni tahun 630 M , kota Mekkah dapat dikuasainya bahkan seluruh jazirah Arab bernaung di bawah benderah Islam.
Muhamad wafat pada tahun 632 M. Penggantinya sebagai khalifah adalah sahabatnya Abubakar, kemudian Umar dan Ali bin Abi Thalib .

Pada masa kekhalifahan Abubakar Umar, terjadilah perluasan daerah kekuasaan negara Islam. Damsyik dikuasai pada tahun 629,Syam dan Irak pada tahun 637, Mesir
Terus sampai ke Maroko pada tahun 645. Demikian juga Persi (646), samarkand (680), dan seluruh Andalusia (719). Sehingga pada tahun 732, kekuasaan negara Islam telah membentang dari teluk Biskaya di sebelah Barat hingga ke Turkestan (Tiongkok) dan India. (Paradisastra,1981:8-9).

Sejalan dengan perkembangan daerah kekuasaan negara Islam, perdagangan dan kegiatan ekonomi lainnyapun maju dengan pesat. Kapal –kapal dagang islam dari bangsa Arab dan Turki telah biasa berniang ke Afrika utara, India,Malaka sampai ke Cina demikian juga Eropa Sehingga dikataka bahwa pada abad 1X tidak ada kapal bangsa asing lain yang ada di jalur yang menghubungkan Eropa dan Cina selain pedagang yang beragama Islam ( Agus Salim,1962:10). Mereka itulah yang membawa barang dagangan dari daerah Timur (Asia) ke Barat (Eropa).

Jalur perajaran ke daerah Timur itu di sebutkan sebagai berikut:

Sesudah menyusuri pantai semenanjung India sampai ke Quilondi Malabar kemudian terus ke Ceylon. Dari sana terus keujung sumatra ( Aceh) dan dengan melalui Selat Malaka sampailah ke Palembang. Selanjutnya menyusuri pantai utara pulau jawa. Setelah singgah dibeberapa pelabuhan disana, mereka kembali lagi dengan melalui jalan yang sama sampai di Kamboja. Dari sana perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pantai Cochinchina sampai ke pesisir negri Cina. ( Agus Salim, 1962: 10-23).
Disamping berdagang, merekapun aktif menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk negri yang mereka singgahi sebagai kewajiban setiap muslim. Dengan cara demikian maka pada abad ke VII , sudah banyak penduduk negri cina yang beragama Islam (bukhari, 1971: 10). Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Mesjid Chee Lin Se dan mesjid Kwang Tah Se di Kanton pada masa Dinasti Tang ( 618-905). (Tien Ying Ma,1979:29)

Demikian pula dengan kepulauan Nusantara.Pada abad V11 dan V111, agama Islam sudah banyak dianut oleh penduduk pribumi di Nusantara (Tjandrasasminta,1981:362). Untuk hal itu banyak didapat bukti-bukti sejarah yang tidak dapat diingkari (Ambary,1981:522).

Sejak masa Sriwijaya, Kediri,Daha, janggala dan Majapahit sudah ada kelompok-kelompok umat Islam terutama di negara pesisir. (Hasil Seminar Masuknya Islam ke Indonesia, 1963). Bahkan pada tahun 840, umat Isalam di Peureulak (Aceh) sudah dapat mendirikan satu kerajaan Islam dengan sayid maulana sebagai raja pertamanya (Ambary,1981:522).

Banten yang pada abad V sudah menjadi pelabuhan ramai yang dikunjungi oleh pedagang-pedagang internasional, tidaklah terlepas dari keadaan di atas. Pedagang-pedagang atau bahkan mubalig-mubalig dari Arab, Cina ataupun India dan Peureulak singgah di Banten dan mengajarkan agama rosul di sana. Walaupun belum didapatkan data arkeologis yang menunjang, tapi tidak mustahil di Banten pun kegiatan penyebaran Islam sudah dimulai sejak abad V11 atau V111 M, untuk hal ini perlu adanya penelitian yang lebih lanjut. Yang pasti, sewaktu Sunan Ampel Denta pertama datang ke Banten, sudah didapatinya banyak penduduk yang beragama Islam. (purwaka, tt:20). Demikian juga disana sudah berdiri satu masjid di Pecina dan kemudian diperbaiki oleh Syarif Hidayatungllah (Halwany,1984b:9).

Dalam “Purwaka Caruban Nagari” di ceritakan bahwa Syarif Hidayatullah beserta 98 orang muridnya dari cirebon , berusaha meng-islamkan penduduk di Banten Ilir. Dengan kebesaran dan ketekunan, banyaklah yang mengikuti jejak Syarif Hidayatullah. Bahkan bupati Banten dan sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam. Karena tertarikakan budipekerti dan ketinggian ilmunya, Syarif Hidayatullah dinikahkan dengan adik perempuan Bupati yang bernama Nhay Kawunganten. Dari pernikahan ini Syarif Hidayatullah dikaruniai dua anak yang diberinya nama pangeran Hasanuddin (pangeran sabakingkin) dan Ratu Winaon.

Karena panggilan uwaknya pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah berangkat ke Cirebon. Di sana ia dingkat menjadi tumenggung yang memerintahdaerah Cirebon, menggantikan uwaknya yang sudah tua. Syarif Hidayatullah kemudian digelari Sunan jati. Ada pun tugas penyebaran islam di Banten di serahkan pada anaknya Pangeran Hasanudin. Dengan ketekunan dan kesungguhan dan kelembutan hati usaha Pangeran Hasanudin ini membuahkan hasil yang menakjubkan. Diceritakan bahwa di antara yang memeluk agama islam adalah 800 orang pertapa/ resi dengan sebagian besar pengikutnya. (Arnold, 1981:335). Sehingga di Banten telah terbentuk satu masyarakat Islam di anara penduduk pribumiyang masih memluk ajaran nenek moyang.



3. BANTEN MENJADI KESULTANAN

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Rempah-rempah merupakan barang yang sangat dibutuhkan orang Eropa untuk dijadikan bumbu, campuran minuman dan obat-obatan. Rempah-rempah itu mula-mula sampai ke pasaran Eropa melalui saudagar-saudagar Arab dan Timur Tengah. Saudagar-saudagar Portugis, spanyol dan Belanda merupakan pedagang perantara dalam dalam perdagangan rempah-rempah itu. Mereka mendapatkannya dari pelabuhan-pelabuhan di Timur Tengah yang kemudian mereka pasarkan di Eropa Barat (Ekajati,1984:25).

Tapi setelah Constantinopel ibu kota kerajaan Romawi jatuh ketangan kesultanan TurkiUsmani pada tanggal 29 mei 1453 ( Hamka, 1975 : 245 ), segalanya berubah . Paus ( pemimpin kaum katolik ) mengumumkan perang suci dengan umat Islam, yang kemudian dikenal dengan “Perang Salib”.
Dalam keadaan perang ini Paus meminta kepada seluruh umat katolik untuk membantu tentara yang sedang berperang untuk melawan tentara islam yang ada di Eropa. Emikian juga dalam bidang perdagangan mereka dilarang untuk berdagang dengan umat Islam, oleh karena itu pedagang –pedagang Portugis tidak mau lagi berhubungan dengan pedagang Arab.

Pada tanggal 5 agustus 1511 bangsa portugis dapat merebut Malaka dari kekusaan sultan Malaka Makhmudyah, demikian pula dengan Samudra Pasai pada tahun 1521 dan akhirnya Maluku.

Sikap dan tindakan bangsa Portugis di Malaka yang selalu memusuhi orang-orang Islam menimbulkan rasa benci dan permusuhan, karena kebanyakan pedagang Asia Tenggara beragama Islam maka mereka enggan singgah di Malaka, banyak pedagang Muslim yang tinggal di Malaka pindah Aceh, cirebon damak dan terakhir Banten.
Inilah asal mula berdirinya kesultanan Banten.

Banten Lama, Tak Sekadar Wisata Ziarah



Sisa reruntuhan Keraton Surosowan hingga kini masih bisa dinikmati, seperti terlihat pada Kamis (8/5). Keraton seluas lebih kurang 3,5 hektar itu merupakan kediaman para sultan Banten yang dibangun dari tumpukan batu karang dan batu bata merah pada 1552.
Sabtu, 17 Mei 2008 14:58 WIB
Laporan Wartawan Kompas, Anita YossiharaRIBUAN manusia di Kompleks Masjid Agung Banten Lama menjadi pemandangan yang biasa terlihat pada setiap hari-hari besar agama Islam. Kompleks peninggalan Kesultanan Islam Banten memang lebih dikenal sebagai tempat berziarah.Padahal, Banten Lama menyimpan banyak cerita sejarah, tak sekadar tempat wisata ziarah. Memasuki pintu gerbang situs Banten Lama di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, sepintas terasa terbawa
ke cerita masa lalu. Masa di mana Kesultanan Banten mengalami kejayaan pada abad XVI-XVIII Masehi.Sisa bangunan tua mulai terlihat menyembul di antara rumpun padi di sebelah kiri jalan masuk. Bangunan itu merupakan sisa gapura Gedong Ijo, tempat tinggal para perwira kerajaan.Melaju beberapa meter dari gerbang, puing-puing reruntuhan bangunan besar mulai terlihat. Itulah Keraton Surosowan, kediaman para sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552 hingga Sultan Haji yang memerintah pada 1672-1687.Semula, bangunan keraton yang seluas hampir 4 hektar itu bernama Kedaton Pakuwan. Terbuat dari tumpukan batu bata merah dan batu karang, dengan ubin berbentuk belah ketupat berwarna merah.Sisa bangunan yang kini masih bisa dinikmati adalah benteng setinggi 0,5-2 meter yang mengelilingi keraton dan sisa fondasi ruangan. Sisa pintu masuk utama di sisi utara kini tinggal tumpukan batu bata merah dan bongkahan batu karang yang menghitam.Bangunan kolam persegi empat di tengah keraton merupakan pemandangan lain yang ada di dalam benteng. Menurut catatan sejarah, puing itu merupakan bekas kolam Rara Denok, pemandian para putri.Di bagian belakang atau di sisi selatan, terlihat pula sisa bangunan berbentuk kolam menempel pada benteng. Dahulu, kolam itu digunakan sebagai pemandian pria-pria kerajaan, yang disebut Pancuran Mas.Air yang dialirkan ke kolam Rara Denok dan Pancuran Mas berasal dari mata air Tasik Ardi, sebuah danau buatan yang berjarak sekitar 2,5 kilometer di sebelah selatan atau tepatnya barat daya keraton. Disalurkan ke keraton dengan menggunakan pipa yang terbuat dari tanah liat.Sebelum masuk keraton, air dari Tasik Ardi harus melalui tiga kali proses penyaringan. Bangunan penyaringan itu disebut Pangindelan Abang, Pangindelan Putih, dan Pangindelan Mas.Saat ini lokasi Tasik Ardi masuk dalam wilayah Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, yang dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Sementara itu, tiga bangunan pangindelan masih bisa dilihat di Jalan Purbakala, antara Keraton Surosowan dan Tasik Ardi. Sayangnya, sekarang jalan ini hanya bisa dilintasi sepeda karena warga masih menggunakan tempat itu sebagai jalan air di tengah persawahan.Di sudut sebelah barat terlihat sebuah bangunan menyerupai cincin. Tempat itu disebut ruang Pasepen, yang digunakan sebagai tempat sultan beribadah.Bangunan keraton ini pertama kali dihancurkan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada 1680. Keraton dibumihanguskan saat Kesultanan Banten berperang melawan penjajah Belanda.Simbol kebesaran kerajaan Islam Banten itu kembali dihancurkan pada 1813. Ketika itu, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Herman Daendels memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan keraton karena Sultan Rafiudin (sultan terakhir Kerajaan Banten) tak mau tunduk pada perintah Belanda.Reruntuhan bangunan keraton juga terlihat di bagian selatan Keraton Surosowan. Pada bagian depan terpancang papan bertuliskan ”Situs Keraton Kaibon”, dengan luas sekitar 2 hektar. Keraton ini dibangun pada 1815 sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah, ibu Sultan Muhammad Rafiuddin yang menjabat sebagai pemimpin pemerintahan karena putranya masih berusia lima tahun.Bangunan bersejarah lain yang bisa dinikmati adalah Jembatan Rante, yang terletak di depan Keraton Surosowan, tepatnya di sebelah utara Masjid Agung Banten Lama. Jembatan hidraulis itu berdiri di atas kanal yang saat ini sudah menyempit dan berubah fungsi menjadi kubangan air.Dahulu Jembatan Rante digunakan sebagai tempat pemeriksaan kapal-kapal yang keluar-masuk keraton. Jembatan ini akan terangkat jika ada kapal yang lewat dan akan kembali rata setelah kapal berlalu.Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh adalah Masjid Agung Banten Lama, berikut menara setinggi 23 meter. Masjid inilah yang paling terkenal di Situs Banten Lama dan selalu penuh sesak oleh para peziarah, terutama pada peringatan hari-hari besar Islam.Wihara AvalokitesvaraBukan hanya bangunan masjid, Kesultanan Islam Banten juga menyisakan bangunan wihara Buddha atau klenteng China. Di sebelah barat daya Surosowan berdiri Wihara Avalokitesvara, yang dibangun pada 1652.Bangunan wihara ini merupakan peninggalan Sultan Syarief Hidayatullah, yang menikahi seorang putri China saat sang putri bertandang ke Pelabuhan Banten. Wihara dibangun sebagai tempat peribadatan para pengikut putri China, yang kemudian tinggal di Banten Lama.Saat ini, Wihara Alokitesvara merupakan salah satu wihara tertua di Indonesia, yang kerap dibanjiri peziarah karena terdapat altar Kwan Im Hut Cou atau Dewi Kwan Im. Dewi Kwan Im dipercaya sebagai dewi yang penuh welas asih, yang diyakini sering menolong manusia saat dihadapkan pada berbagai kesulitan.Selain itu, di dalam wihara juga terdapat 15 altar, seperti altar Thian Kong yang berarti Tuhan Yang Maha Esa dan Sam Kai Kong atau penguasa tiga alam.Setiap tahun wihara di Kampung Kasunyatan, Desa Banten, ini selalu dipadati puluhan ribu pemeluk Buddha dari banyak daerah di Indonesia, Belanda, Jerman, dan Thailand. Mereka datang, terutama, pada peringatan Lak Gwe Cap Kau, saat Dewi Kwan Im mendapatkan kesempurnaan.Terlepas dari itu, berdirinya wihara di kompleks kerajaan Islam bisa menunjukkan tingginya toleransi antarumat beragama pada masa itu. Warga yang berbeda agama bisa hidup berdampingan dengan harmonis di kota tua tersebut.Untuk melihat dengan jelas sisa-sisa peninggalan Kesultanan Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama bisa menjadi tujuan kunjungan.Gambar peta dunia yang dibuat dengan tulisan tangan juga terpampang di sana. Demikian pula gambar Kiayi Ngabehi Wirapraja dan Kiayi Abi Yahya Sandara, dua Duta Besar Kesultanan Banten untuk Inggris. Itu menunjukkan majunya pemikiran para sultan karena mengerti pentingnya diplomasi.Koleksi mata uang dan pecahan keramik dari sejumlah negara juga disimpan di museum tersebut. Itu merupakan bukti bahwa Kerajaan Banten memiliki bandar besar, tempat persinggahan dan transaksi perdagangan internasional. Bandar Banten dikunjungi para pedagang dari Gujarat (India), China, Melayu, Persia, dan Eropa.Tidak perlu biaya mahal untuk menikmati sisa keindahan dan cerita kejayaan Kesultanan Islam Banten. Cukup membayar Rp 1.000, pengunjung sudah dapat mengantongi tiket untuk menjelajahi museum seluas 1.000 meter persegi.
sumber: kompas

Pantai Barat Banten




Bagi para penyuka tantangan dan perjalanan, Pantai Barat Banten bisa menjadi pilihan untuk berlibur melepas penat dan segala persoalan yang biasa dihadapi sehari-hari. Pantai yang membentang sepanjang Anyer, Carita, Labuan, Panimbang, Tanjung Lesung, hingga Sumur di perbatasan Ujung Kulon di Provinsi Banten memiliki keindahan yang menarik untuk dinikmati.
Perjalanan bisa diawali dari Cilegon atau Serang. Jika ingin melihat pemandangan di kompleks industri kimia, keluar melalui pintu Tol Cilegon Timur atau Cilegon Barat, lalu menyusuri jalan negara, Jalan Raya Cilegon-Pasauran.
Tetapi, jika ingin menghirup udara sejuk perbukitan dan menikmati panorama pedesaan, bisa dicoba melalui jalan alternatif yang menghubungkan Kota Serang dengan Kecamatan Anyar. Keluar pintu Tol Serang Timur atau Serang Barat, menuju jalan lingkar selatan, dan masuk jalan alternatif dari simpang Taktakan.
Pemandangan pantai mulai terlihat setelah memasuki daerah Kecamatan Anyar. Sejumlah pantai untuk umum berjajar dari Desa Anyar hingga ujung Kecamatan Carita di Pandeglang. Hanya dengan membayar tiket Rp 3.000 hingga Rp 10.000, setiap pengunjung sudah bisa menikmati berlibur tanpa batas waktu. Mereka juga bisa berenang sepuasnya.
Sejauh mata memandang, terlihat bebatuan karang hitam menyembul di antara pasir dan hamparan biru laut. Deretan perahu-perahu nelayan tradisional terlihat di sejumlah muara sungai. Singgahlah sejenak di muara Pasauran untuk melihat dari dekat kehidupan nelayan. Biasanya, menjelang tengah hari, anak-anak nelayan akan berenang membantu memikul bakul penuh ikan, hasil melaut orangtua mereka.
Jika ingin menikmati keunikan batu karang, datanglah ke Pantai Karang Bolong di Desa Karang Bolong, Cinangka. Pantai ini menyuguhkan pemandangan batu karang besar yang berlubang pada bagian tengahnya. Hamparan biru laut dengan riak ombak putih menjadi lebih memesona saat dipandang dari balik Karang Bolong. Batu karang setengah lingkaran terlihat seperti bingkai lukisan laut yang membiru. Tidak hanya itu, setiap pengunjung diperbolehkan menaiki bukit karang. Dari puncak bukit karang akan terlihat seonggok batu karang besar yang menyerupai kapal terdampar.
Memasuki kawasan Pantai Carita, pesona lain tersuguh di depan mata. Di kawasan pesisir Pantai Carita dipenuhi pasir berwarna putih. Berbagai permainan pantai, lengkap dengan jasa penyewaan alat permainan, juga ada di Carita.
Satu buah jetski, yang bisa ditumpangi dua orang, disewakan dengan harga Rp 150.000 per 15 menit. Begitu pula satu banana boat berkapasitas lima orang, disewakan dengan harga Rp 150.000 per 15 menit.
Lelah bermain, pengunjung bisa beristirahat di tepian pantai sambil menikmati kelapa muda utuh yang dijual dengan harga Rp 3.000-Rp 5.000 per buah. Berbagai makanan laut, seperti ikan bakar, cumi bakar, dan kepiting laut, bisa dinikmati dengan harga kurang dari Rp 30.000 per orang.
Apabila ingin berlama-lama menikmati Anyer-Carita, tersedia banyak penginapan dengan pilihan harga dan fasilitas. Khusus untuk penginapan, saat ini, pengunjung bisa menawar harga sewa kamar.
Wisata Ujung Kulon
Namun, bila masih penasaran dengan pesona pantai barat, harus melanjutkan perjalanan hingga Ujung Kulon. Ada dua pilihan tujuan, yakni kawasan wisata Tanjung Lesung atau Pulau Umang di Ujung Kulon. Di lokasi itu, tempat matahari terbenam terasa semakin dekat.
Untuk menuju Tanjung Lesung dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari kawasan Carita. Perjalanan menyusuri jalan negara dari Carita, Labuan, Panimbang, Citeureup, lalu tiba di Tanjung Lesung.
Hamparan lautan biru menjadi pemandangan di sepanjang jalan menuju Tanjung Lesung. Aktivitas warga di perkampungan nelayan juga kembali terlihat di muara Panimbang, terutama jika dilihat dari jembatan Panimbang.
Laut serasa semakin dekat memasuki daerah Citeureup, masih di Kecamatan Panimbang. Abrasi membuat ombak terasa mengempas jalan raya yang dilintasi. Di kejauhan terlihat bagan-bagan bambu nelayan berjajar di belakang di tepi laut.
Pusat Desa Citeureup itulah pintu masuk menuju Desa Tanjung Jaya, lokasi kawasan wisata Tanjung Lesung. Beberapa menit dari pertigaan akan terpampang papan kayu bertuliskan ”Kawasan Desa Wisata Cipanon”. Cipanon merupakan sebuah kampung di Tanjung Jaya, yang sudah menjadi kawasan wisata. Sekitar 1 kilometer dari perkampungan penduduk terlihat sejumlah bangunan megah. Itulah kompleks peristirahatan di tepi pantai yang dikelola swasta.
Jika ingin berlibur di Tanjung Lesung, ada dua pilihan untuk menginap. Di rumah-rumah penduduk yang dibuat semacam home stay dengan tarif Rp 100.000 per malam, atau menginap di vila, hotel, maupun resor dengan tarif Rp 500.000-Rp 1,5 juta per malam.
Bukan hanya pemandangan laut yang bisa dinikmati selama berlibur. Pengunjung bisa meminta diantarkan untuk melihat lokasi konservasi terumbu karang di tengah laut.
”Ada tiga lokasi transplantasi karang di daerah ini, yaitu Karang Gundul, Tanjung Lesung, dan Pulau Liungan,” kata Pongke, seorang penggiat lingkungan yang juga menyediakan penginapan di rumahnya.
Untuk berkeliling melihat terumbu karang, warga menyediakan jasa sewa perahu berkapasitas 15 orang seharga Rp 500.000. Selain menikmati keindahan terumbu karang, pengunjung juga bisa belajar cara transplantasi karang.
Apabila diminta, perahu bisa mengantar pengunjung untuk memancing, menyelam, atau berenang di tengah laut. Namun peralatan harus disediakan sendiri karena belum ada penyewaan alat selam di sana.
Selain itu, perahu warga desa juga siap mengantar berkeliling melihat kepulauan di Ujung Kulon. Satu kali perjalanan menuju Pulau Peucang butuh waktu tiga jam berlayar. Tarif sewa perahu dipatok Rp 3 juta pergi-pulang.
Fasilitas yang disediakan hotel, resor, maupun vila di Tanjung Lesung lebih lengkap dibanding di desa wisata. Mereka juga menyediakan paket wisata bersatu dengan alam, seperti berkeliling melihat terumbu karang, memberi makan camar, menyelam, dan berbagai olahraga air lainnya. Seluruh peralatan olahraga disediakan pengelola Tanjung Lesung.
Pulau Umang
Apabila memilih berlibur ke Pulau Umang, perjalanan dari Citeureup harus dilanjutkan menuju Kecamatan Sumur di perbatasan Ujung Kulon. Diperlukan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan dari Carita, atau 1,5 jam dari Tanjung Lesung.
Sesampai di perkampungan nelayan Sumur, pulau kecil berpasir putih akan langsung menyita perhatian. Dari sisi pulau terlihat gazebo-gazebo kecil tertata apik dan indah.
Itulah Pulau Umang, sebuah pulau seluas 5 hektar yang disulap menjadi tempat peristirahatan mewah. Butuh waktu 10-15 menit untuk menyeberang dengan menggunakan perahu kecil, dari Sumur menuju Pulau Umang.
Banyak pesona yang dapat dinikmati sesampai di Pulau Umang. Pemandangan matahari terbit dan tenggelam bisa dinikmati sekaligus di pulau yang termasuk kawasan wisata Ujung Kulon. Hamparan pasir putih dan laut biru di ujung paling barat Pulau Jawa jangan sampai dilewatkan begitu saja.
Pengalaman lain yang nyaman untuk dicoba adalah beristirahat di vila berbentuk rumah panggung dari kayu, dengan harga sewa rata-rata Rp 1,5 juta per malam. Atau makan di restoran terbuka bersama dengan burung-burung kecil, yang kadang mendekat di sekitar kita.
Seperti tempat wisata pantai lain, di Pulau Umang, pengunjung juga bisa menyewa jestki dan banana boat dengan harga rata-rata Rp 150.000 per 15 menit. Pengunjung bisa menyelam melihat terumbu karang di dekat Pulau Oar, atau berkeliling melihat daratan Ujung Kulon.
Pesisir barat Pulau Jawa memang menawarkan pesona alam yang menakjubkan. Pemandangan laut, gunung, hutan, dan bukit lengkap berada di sana. Jadi tak perlu ragu untuk menyusuri keindahan alamnya.



Sumber : KOMPAS

Anak Gunung Krakatau

Anak Gunung Krakatau

Anak gunung krakatau adalah sisa letusan dari gunung krakatau berabad abad tahun lalu.
 

Awan putih menggantung di langit Selat Sunda yang terlihat biru bersih, Sabtu akhir pekan lalu. Samar-samar terlihat gunung berwarna kelabu yang berdiri kokoh di tengah laut, diapit tiga bukit hijau.
Para wisatawan berhamburan keluar dari dalam Kapal Motor Penumpang Jatra III dan memenuhi geladak kapal. ”Waw,” decak kagum para wisatawan saat melihat gugusan gunung di tengah laut yang semakin dekat. Dari pengeras suara kapal terdengar pemandu menunjukkan gunung berwarna abu-abu itu adalah Gunung Anak Krakatau.
Wisatawan pun berlomba untuk mengabadikan kemegahan gunung berapi di tengah laut. Sebagian berpose di tepi kapal dengan Gunung Anak Krakatau sebagai latar belakang. Semua seakan tak ingin tertinggal untuk menikmati pesona gugusan pulau di sisi barat Pulau Jawa, Provinsi Banten, itu.
Krakatoa, begitu orang Barat menyebut gugusan gunung yang membelah Selat Sunda. Ketenaran namanya membuat banyak orang penasaran, bahkan meraba-raba wujud Krakatau sebenarnya.
Sejumlah sineas Barat pun mencoba menggambarkan sosok Krakatau. Setidaknya ada tiga judul film yang dibuat untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi pada gunung berapi itu.
Bahkan, seorang penulis kelahiran Skotlandia, Simon Winchester, mencoba merangkum dengan apik cerita dan fakta seputar Krakatau. Cerita yang dilengkapi fakta-fakta ilmiah disuguhkan dalam sebuah buku berjudul Krakatoa, The Day the World Exploded: August 27, 1883, yang diterjemahkan dalam buku berbahasa Indonesia dengan judul Krakatau, Ketika Dunia Meledak, 27 Agustus 1883.
Nama Krakatau menjadi terkenal setelah meletus pada 27 Agustus 1883. Letusan mahadahsyat yang menimbulkan bencana paling besar kala itu. Suara letusan Krakatau terdengar hingga radius 4.600 kilometer dari pusat ledakan di Selat Sunda.
Krakatau meletus diikuti dengan tsunami yang menyapu lebih dari 295 kampung di pesisir pantai barat Banten, dari Merak, Anyer, Labuan, Panimbang, Ujung Kulon, hingga Cimalaya di Karawang, Jawa Barat. Kawasan di selatan Sumatera pun tak luput dari gelombang tsunami akibat meletusnya Gunung Krakatau. Lebih dari 36.000 orang menjadi korban dalam bencana besar itu.
Sebelum meletus, Krakatau merupakan sebuah pulau besar yang terbentuk dari tiga gunung berapi, yakni Rakata, Perbuatan, dan Danan. Setelah meletus, Gunung Perbuatan dan Danan serta sebagian Rakata lenyap.
Letusan menyisakan tiga pulau yang diberi nama Pulau Sertung, Pulau Rakata atau Krakatau Besar, dan Pulau Panjang atau Krakatau Kecil. Rakata yang terletak paling selatan merupakan pulau dengan bukit tertinggi, yakni mencapai 813 meter di atas permukaan laut. Adapun tinggi Pulau Panjang di utara Rakata hanya 132 meter dan Pulau Sertung di barat laut Rakata memiliki ketinggian 182 meter di atas permukaan laut.
Sekitar 44 tahun kemudian, yakni pada Desember 1927, muncul semburan baru di tengah-tengah ketiga pulau pecahan Krakatau Purba. Gunung berapi baru itu pun kemudian diberi nama Gunung Anak Krakatau, yang kini memiliki ketinggian lebih kurang 315 meter di atas permukaan laut.
Eksotis
Setelah 125 tahun Krakatau Purba meletus, terdapat empat pulau yang tersisa untuk dinikmati di Kepulauan Krakatau itu. Pulau Rakata di sisi selatan, Sertung di sisi barat laut, Pulau Panjang di timur laut dengan Anak Krakatau berada di tengah-tengahnya.
Gugusan pulau yang menjulang di tengah laut itu terlihat eksotis. Awan putih seakan tak pernah lepas menggantung di atas Gunung Anak Krakatau.
Burung-burung camar yang beterbangan di atas gunung menambah keindahan yang dipancarkan dari tengah Selat Sunda. Burung-burung itu pun menandakan Anak Krakatau sudah aman untuk didekati.
Laut, yang seakan memeluk gunung, terlihat biru bersih. Hingga berbagai jenis ikan yang berenang di bawah laut pun tampak jelas dari atas kapal.
Ada banyak cara untuk menikmati eksotisme Krakatau. Salah satunya dengan cara berkeliling, melihat keindahannya dari atas kapal. Tanpa harus turun ke kaki gunung, wisatawan sudah bisa mengabadikan pesona Anak Krakatau dari atas kapal.
Tapi, jika ingin menikmati pemandangan yang lebih indah, cobalah turun di Pulau Rakata atau bahkan di kaki Gunung Anak Krakatau. Tentu saja harus tetap mengindahkan peringatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana atau Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau.


Sumber : Kompas Cetak

jokes


-->


F or M


Michelle is still out there job hunting. She always has a problem of filling out the job application when she gets to the part about "Sex: F or M." She never knows which to choose.
She says she really likes to Fuck, but she spends most of the time Masterbating alone.
:-)




Taxi Driver



In a taxi, the passenger tapped the driver on the shoulder to ask him a question. The driver screamed, lost control of the car, nearly hit a bus, went up on the footpath, and stopped centimetres from a shop window.
When everything went quiet in the cab, the driver said,
"Hey man, don't ever do that again. You scared the daylights out of me!"
The passenger apologized and said,
"I didn't realize that a little tap would scare you so much."
The driver replied,
"Sorry, this isn't really your fault. Today is my first day as a cab driver. I've been driving a funeral van for the past 25 years."




What do different bra sizes (A, B, C, D, E, ...) mean?


Do ya know why a bra is marked with A, B, C, D, E, F or G?






from abbooka.blogspot.com

Advertisment